klik salah satu iklan untuk keluar

Join The Community

Sunday, March 27, 2011


 Kehadiran Toyota Vios pada tahun 2003 yang disusul Toyota Yaris tiga tahun kemudian, membuat pasar mobil Indonesia kian variatif. Apalagi, kedua mobil yang saling berbagi platform ini termasuk sukses merebut hati konsumen. Nama besar Toyota dan nilai kepraktisan yang cukup baik, menjadi kunci sukes bagi duet mobil ini.

Dan seperti halnya produk yang dilahirkan secara massal, tentunya kedua memiliki kekurangan yang kerap dikeluhkan para penggunanya. Dari apa yang kami temukan, hal tersebut antara lain adalah soal performa mesin di putaran tinggi dan yang lainnya adalah perihal kinerja suspensi. Namun, tidak ada permasalahan yang tak terpecahkan.


Mesin
Berbeda dengan kebanyakan mesin sedan Toyota lainya, secara konstruksi, jantung pacu Yaris dan Vios terbilang kuat. Hal ini tak lepas dari penggunaan timing belt model rantai (timing chain). “Dengan model rantai seperti ini, gejala timing belt slip dan atau bahkan putus dapat dihindari,” ujar Karsan, dari bengkel Kar' Speed di Jakarta Selatan.

Meski begitu, karakter mesin berkode 1-NZ ini kurang responsif di putaran tinggi, meski di putaran rendah letupannya sangat bertenaga. Di putaran tinggi (di kisaran 5.000 rpm), tenaga depot daya mulai terasa melemah. Padahal, mesin 1-NZ mencapai tenaga puncak 109 hp pada 6.000 rpm (putaran yang relatif tinggi). “Untuk mengatasi lemahnya putaran atas, bisa diakali dengan mengatur ulang ECU. Selain itu, periksa kondisi saringan bensin, bisa jadi kotor, sehingga suplai bensin terhambat. Oh iya, filter bensin ini terkadang luput dari perhatian karena terletak di dalam tangki bensin, jadi satu rangkaian dengan pompa dan fuel regulator,” tambahnya.

Pebengkel yang berdomisili di Pos Pengumben, Kebayoran Lama, ini juga tidak menyarankan untuk mengoptimalkan mesin dengan cara memodifikasi kepala silinder atau mengatur ulang dudukan katup. “Karena cara ini justru akan mengganggu fitur VVT-i miliknya. Suara mesin akan menjadi kasar, terutama saat mesin stasioner,” imbuhnya.

Cara lain dalam mengoptimalkan kinerja mesin Yaris-Vios yaitu dengan mengubah rangkaian knalpot. “Bagian yang diganti yaitu resonator dan saringan tengah. Adapun header (pangkal knalpot) dan mufler (ujung knalpot) tak usah diganti,” tutur Mulyono, kepala mekanik Indo Jaya, bengkel spesialis knalpot di bilangan Jl. Panjang, Jakarta Barat. “Dengan perubahan ini, “napas”  mesin menjadi lebih panjang di putaran atas. Hasil dynotest menunjukkan tenaga dan torsi naik sekitar 5-10%,” imbuh Mulyono.

Meski begitu, ubahan ini mengandung konsekuensi harus dilepasnya catalytic converter dari rangkaian. “Dalam beberapa kasus, tumpukan kotoran di dalam tabung catalytic converter malah menyumbat aliran gas buang. Ujung-ujungnya tenaga mesin di putaran atas malah berkurang,” tambahnya.


Suspensi
Baik Yaris maupun Vios tidak hanya bermesin sama, tetapi juga menganut struktur suspensi yang serupa. Di bagian depan terangkai MacPherson strut dengan pegas spiral dan stabilizer. Sedangkan bagian belakangnya, tersusun torsion beam dengan per spiral. “Susunan kaki-kaki seperti ini sebenarnya cukup baik untuk Yaris dan Vios,” jelas Joko, mekanik dari bengkel Lili, spesialis suspensi di bilangan Jl. Haji Nawi, Jakarta Selatan. “Namun, beberapa pemilik mobil mengeluhkan adanya gejala limbung saat mobil menikung di kecepatan tinggi.”

“Untuk mengatasi hal ini, bagian suspensi perlu sedikit dimodifikasi. Biasanya problem mobil limbung terjadi karena suspensi yang tidak “mengigit” ke aspal. Mengakalinya, bisa dengan mengganti shock absorber tipe sport yang memberi peredaman lebih keras lansiran produk aftermarket atau shock absorber milik mobil sedan besar. Tetapi, cara ini sebaiknya juga diikuti pergantian per, agar bantingannya menjadi tidak terlalu keras. “Nah, urusan per spriralnya sendiri bisa diambil dari milik Honda Accord atau Honda Cielo,” tambah Joko.

0 komentar:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...